Kesetiaan sempurnalah yang memungkinkan kita… (P.M. I.13)

Nama saya Sr. Mary Peterina Sohiyen Ontoyen, SJMJ. Ini tahun kelima saya sebagai suster kaul sementara Kongregasi Suster-suster Yesus Maria Joseph (SJMJ). Saya dari Afrika Barat, khususnya Ghana. Saat ini saya berada di Provinsi Manado, sedang  belajar teologi. Menjadi seorang suster menjadi keinginan terbesar saya dan saya bersyukur menjadi anggota Kongregasi Suster-suster Yesus Mary Joseph. Saya  mengikrarkan kaul sementara pada tahun 2016.

Sebagaimana tantangan hidup yang tidak bisa dihindari, demikian pula perjalanan panggilan saya juga tidak mulus. Saya pernah mengalami rintangan dan tantangan lahir dan batin, tetapi tantangan ini selalu mengingatkan saya akan kelemahan manusiawi saya. Saya selalu menghargai setiap tantangan yang saya alami dalam hidup saya sebagai seorang suster SJMJ, karena saya menyadari bahwa mencapai prestasi yang baik dalam hidup, tidak bisa di atas piring perak. Memang, menjadi seorang suster SJMJ, saya benar-benar tidak memilikinya di piring perak, dan untuk itu, saya menghargai dan memberi makna pada panggilan saya.

Kehidupan spiritual seorang religius sangat penting, doa dan sharing menjadi sumber kekuatan saya. Tidak hanya berdoa tetapi mengikuti spiritualitas Kongregasi kita. Jika saya mengabaikan spiritualitas Kongregasi kita maka saya akan kehilangan esensi saya sebagai suster SJMJ. Bukan berarti saya sempurna dalam menghayati spiritualitas Kongregasi tetapi itu selalu menjadi pengalaman saya ketika saya menyimpang dari padanya. Spiritualitas kongregasi memang penting dalam hidup saya sebagai seorang suster muda.

Sungguh merupakan suatu rahmat menjadi seorang suster SJMJ dan tentu saja, saya tidak akan menganggapnya sebagai sebuah rahmat tanpa tantangan yang saya hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Oh ya, tantangan tidak bisa dihindari, dan tidak ada orang yang suka menghadapi tantangan. Namun terkadang beberapa tantangan dapat dihindari. Bagi saya, saya selalu menemukan rahmat dalam setiap tantangan ketika saya mengalami dan menerimanya secara positif dalam hidup saya. Dan tentu saja, saya mengatasi tantangan ini melalui doa. Meskipun saya bersama orang-orang dari benua yang berbeda, rasa memiliki dan penerimaan budaya dan latar belakang satu sama lain sangat terasa dalam Kongregasi ini. Perasaan memiliki ini selalu membuat saya menyebut komunitas saya sebagai rumah.

Diminta belajar teologi dalam bahasa Indonesia adalah salah satu ketakutan yang saya alami sebagai mahasiswa. Ya, saya hampir menolak tanggung jawab ini dan kesempatan ini juga. Pasalnya, setelah sebulan belajar bahasa Indonesia, saya hampir tidak bisa mengekspresikan diri. Saya juga tidak pernah berpikir untuk belajar teologi. Tetapi dengan taat saya menerima tugas ini meskipun jauh di dalam diri saya, saya memiliki perasaan campur aduk apakah saya akan dapat melaksanakannya atau tidak. Menyadari beratnya tugas ini, saya memohon bantuan Roh Kudus untuk membantu saya memahami bahasanya, dan memang Roh Kudus tidak pernah mengecewakan. Masih sebagai mahasiswa, saya menyadari bahwa yang membuatnya lebih sulit dalam mengemban tanggung jawab dalam hidup adalah ketika kita tidak menunjukkan minat dan cinta terhadap apa pun yang ditugaskan kepada kita. Dan satu hal lagi, kerja keras tidak pernah sia-sia. Saya mulai menyukai apa yang saya pelajari dan tidak menyesal telah menerima belajar bahasa Indonesia.

Tapi tunggu dulu, belajar teologi dalam bahasa Indonesia bukanlah satu-satunya tantangan yang saya temui dalam studi saya. Tuntutan studi menjadi tantangan yang terkadang jika diabaikan,  saya merasa sulit untuk menyesuaikan dengan kegiatan komunitas. Meski studi saya memang menuntut banyak waktu, saya berusaha untuk tidak mengesampingkan kegiatan komunitas, terutama doa dan rekreasi bersama mengingat kehidupan komunitas itu penting bagi saya sebagai seorang suster. Dalam kehidupan komunitas itulah yang menegaskan bahwa saya seorang religius.

Terus terang, ada godaan untuk selalu mengesampingkan kegiatan komunitas saat studi menyita banyak waktu kita. Itu juga merupakan kebijaksanaan komunitas saya sehingga saya masih dapat melaksanakan studi saya sampai hari ini. Dorongan, motivasi dan dukungan yang saya dapatkan dari komunitas telah membantu saya untuk tetap fokus pada studi dan juga panggilan saya sebagai seorang biarawati. Saya sungguh bersyukur kepada Tuhan atas panggilan saya dan juga berterima kasih kepada kongregasi SJMJ atas kesempatan yang saya dapatkan sebagai anggota Kongregasi Suster-suster Yesus Maria Joseph.