Manakah rahasia cinta itu? Rahasia itu terletak pada sikapnya yang senantiasa kagum dengan karya Allah (SM hal. 125)
Pertama-tama saya ingin mengucapkan selamat kepada DPK atas usaha-usaha yang sudah dilakukan selama ini khususnya membuat website ini sehingga kami, para anggota kongregasi, dalam berbagai kesempatan dan dimana saja boleh mempunyai bahan bacaan digital mendalami spirit Kongregasi dan geraknya.
Saya, Sr. Natalia Widjaja. Saya mengucapkan kaul kekal tahun 2007. Sekarang ini saya bertugas sebagai Staf di Generalat bagian Resource Mobile Department (RMD). Tugas saya antara lain mengelola asset-aset kongregasi.
Ketika ditanya Sr. Monika, apa yang menginspirasi saya dari hidup Pater Pendiri, P. Mathias Wolff SJ, saya katakan “rahasia cintanya” yang ditulis dalam Buku Serigala Mengerkah (hal. 125). Mengapa? karena pertanyaan yang sama saya tanyakan pada diri saya sendiri ketika saya memilih hidup membiara.
Saya masuk biara pada tahun 2000. Saya anak bungsu dari 4 bersaudara. Orang tua saya masih beragama Budha ketika saya masuk biara. Saya menjadi Katolik ketika duduk di kelas 3 SMP. Sebelum masuk biara, saya bekerja selama 14 tahun di Perusahaan Kopi Kapal Api di Jakarta. Ketika itu saya rasa hidup saya cukup. Entah apa rahasia Allah… suara dari kedalaman batin mengusik saya, ingin menjadi biarawati. Teman-teman kantor tidak percaya dan menganggap pilihan saya tidak masuk akal. Tetapi pencarian batin saya tidak berhenti. Saya berkenalan dengan beberapa kongregasi dan setiap weekend saya live-in di biara beberapa kongregasi yang berbeda. JMJ tidak masuk dalam perkenalan saya. Saya tidak tahu kalau ada kongregasi JMJ. Peristiwa yang menghantar saya ke JMJ yaitu ketika saya menghadiri 100 tahun JMJ di Manado. Di sana saya baru tahu bahwa ada Kongregasi jenis ini. Saya ingin bergabung di JMJ saja.
Selama menghayati hidup membiara selama 20 tahun, saya hanya bisa mengagumi karya Allah sebagaimana Pater Pendiri menemukan rahasia cintanya. Ia membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin. Menjadi suster SJMJ bukan tanpa tantangan. Saya mengalami banyak pergumulan terutama perjuangan menyesuaikan diri dengan cara hidup religius dan kaul-kaul. Sebelum menjadi suster, saya sangat mandiri, terbiasa mengatur diri sendiri dan mengatur orang lain, tidak berkekurangan. Ketika menjadi suster, ketaatan meminta saya diatur oleh orang lain. Betapa beratnya menjadi rendah hati. Perjuangan lain, bagi kami orang Chinese ada tanggung jawab pemeliharaan orang tua, tapi saya tidak bisa jalankan sebagaimana seharusnya. Pasti juga rekan-rekan suster lain mengalami hal ini. Tetapi keyakinan bahwa Tuhan akan menggantikan peran saya, itu terjadi. Ketika saya ditugaskan mengelola asset-asset kongregasi, saya sungguh-sungguh mengalami Allah berkarya sangat mengagumkan dalam alam dan proses pengembangan asset… tiba-tiba saja ada bantuan pada saat membutuhkan. Itulah rahasia cinta.